Anisa Maharani, seorang siswi kelas 10 di SMP Negeri 1 Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, terpaksa harus berhenti sekolah setelah diminta oleh pihak sekolah untuk mengundurkan diri karena sering tidak masuk ke kelas. Alasan Anisa jarang berangkat sekolah awalnya adalah karena dia harus menjaga adiknya, Cintya Rizki Azalia, yang menderita gizi buruk dan berusia 3 tahun. Anisa tinggal di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Margadana, Kota Tegal, dan tidak memiliki uang untuk transportasi dari rumahnya ke SMP 1 Wanasari di Kabupaten Brebes.
Ayah Anisa, Isfandi, yang berusia 49 tahun, mengatakan bahwa anaknya jarang masuk sekolah sejak Cintya sakit pada Agustus 2022. Anak kedua mereka dirawat di rumah sakit dan Anisa dan Isfandi bergantian menjaga adiknya tersebut. Ketika Isfandi pergi bekerja, Anisa harus menunggui adiknya bersama ibunya, Lina Handayani, yang berusia 37 tahun. Isfandi mengatakan, “Karena harus menunggui adiknya, dia jarang masuk. Kalau saya pergi bekerja di pagi hari, maka tugasnya adalah menjaga adiknya. Adiknya mengalami gizi buruk dan belum sembuh hingga saat ini. Jadi dia masih harus menjaga adiknya.”
Isfandi adalah seorang satpam di sebuah diler kendaraan di Kota Tegal. Dia mengatakan bahwa pendapatannya sangat terbatas. Selain harus menjaga adiknya, Anisa tidak bisa masuk sekolah karena tidak memiliki uang saku untuk transportasi dan kebutuhan lainnya. “Ketika dia tidak menjaga adiknya, dia sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki uang sama sekali. Kadang-kadang dia bisa pergi sekolah jika ada saudara yang memberi uang,” kata Isfandi. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik ini juga membuat Anisa menunggak pembayaran bulanan sekolah.
Isfandi mengatakan bahwa Anisa menunggak uang komite selama 2 bulan, masing-masing sebesar Rp 80.000. Selain itu, dia juga belum membayar penuh uang pendaftaran sebesar Rp 1 juta dan uang iuran paving sebesar Rp 150.000. Pada bulan Oktober 2022, dua guru Anisa dari SMP Negeri 1 Wanasari Brebes datang ke RSUD Kardinah Kota Tegal, tempat adik Anisa dirawat. Dua guru tersebut datang pada jam istirahat siang dengan membawa formulir surat pengunduran diri. Dalam pertemuan di rumah sakit, pihak sekolah menyerahkan formulir pengunduran diri kepada orangtua Anisa untuk ditandatangani.
Isfandi sempat meminta agar Anisa pindah sekolah, namun permintaannya ditolak oleh pihak sekolah. Akhirnya, Isfandi menuruti permintaan sekolah agar Anisa mundur sebagai siswi SMPN 1 Wanasari.
Isfandi mengatakan, “Sebenarnya saya ingin dia pindah ke Kota Tegal agar lebih dekat, tapi sekolah tidak mau. Alasannya adalah Anisa tidak memiliki nilai yang cukup. Kami sempat berdebat di rumah sakit, tetapi karena ada orang sakit, akhirnya saya menandatangani surat tersebut.”
Namun, Anisa mengaku bahwa dia masih sangat ingin sekolah. Selama ini, dia sering tidak masuk kelas karena terpaksa. Selain harus menjaga adiknya, dia juga tidak memiliki uang untuk transportasi ke sekolah. “Guru berkata kepadaku, ‘Jangan bolos lagi.’ Saya menjawab, ‘Saya harus menjaga adik yang sakit, Bu.’ Tapi mereka menganggapnya sebagai bolos,” kata Anisa.
Guru BK SMPN 1 Wanasari Brebes, Viestia Lidya Virginia, mengatakan bahwa surat pengunduran diri tersebut bukanlah paksaan. Pihak sekolah menyerahkan surat tersebut karena Anisa tidak pernah berangkat sekolah. Menurut Viestia, sebelum menyerahkan surat pengunduran diri, pihak sekolah beberapa kali menawarkan bantuan transportasi kepada Anisa ketika akan pergi sekolah. “Beberapa guru yang tinggal di Tegal menawarkan untuk pergi bersama dengan guru yang searah di perjalanan, tetapi dia tidak mau,” kata Viestia kepada wartawan di SMPN 1 Wanasari. “Orangtuanya juga tidak memberikan respons. Akhirnya kami menawarkan, apakah dia ingin melanjutkan sekolah atau tidak. Saya bertanya kepada anaknya, tetapi tidak ada respons, jadi terserah anaknya dan orangtuanya,” tambahnya.
Viestia menjelaskan bahwa penawaran surat pengunduran diri tersebut tidak berhubungan dengan tunggakan pembayaran bulanan. Surat pengunduran diri tersebut diberikan karena Anisa jarang masuk sekolah. “Jadi, pemberian surat tersebut setelah pihak sekolah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah. Satu kali tidak direspons, dua kali tidak direspons, tiga kali tidak direspons, bahkan saat orangtuanya dipanggil, mereka tidak datang,” kata Viestia. “Akhirnya, kepala sekolah mengatakan, jika mereka tidak mau datang ke sekolah, berikan saja surat pengunduran diri, tidak apa-apa. Jika anaknya ingin memilih sekolah yang lebih dekat dengan rumah, itu terserah mereka,” tambahnya.
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa adik Anisa, Cintya Rizki Azalia, yang berusia 3 tahun, menderita gizi buruk. Balita tersebut hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamat Kulon, RT 05 RW 03, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah. Cintya menderita gizi buruk selama 8 bulan terakhir. Tubuhnya kurus, kakinya bengkok dan menyusut, dada membesar, dan kepalanya terluka.