Pep Guardiola terus memberikan instruksi kepada pemainnya agar tetap tenang di pinggir lapangan Stadion Ataturk, Istanbul, Turki, saat pertandingan final Liga Champions antara Manchester City dan Inter Milan berlangsung pada tanggal 11 Juni 2023 kemarin. Meskipun sebenarnya dia tampak gelisah di sisi lapangan.
Pelatih Manchester City ini tidak pernah bisa diam. Dia berdiri sambil menggigit kukunya, berjongkok dengan mata yang mengerut, dan mengumpat berkali-kali ketika peluang melewatinya.
Sikap gelisah Pep wajar saja. Ia sudah mengalami kehausan akan trofi Liga Champions selama 12 tahun sejak terakhir kali memenanginya pada tahun 2009 dan 2011 bersama Barcelona dan Lionel Messi.
Pada tahun 2021, ia berhasil membawa Manchester City ke final Liga Champions, tetapi sayangnya mereka kalah 0-1 dari Chelsea. Sekarang, kesempatan kedua berada di depan mata.
City menjadi favorit juara berkat penampilan mereka yang hampir sempurna. Mereka juga kuat di kompetisi domestik setelah memenangkan trofi Liga Primer dan Piala FA. Sementara itu, Inter Milan tidak terlalu meyakinkan.
Namun, final ini ternyata jauh lebih sulit daripada yang banyak orang perkirakan. Ketika City mengalahkan Bayern Muenchen di perempat final dan Real Madrid di semifinal, banyak yang mengira bahwa mereka sudah melewati tahap tersulit di Liga Champions musim ini.
Namun, hal itu terbukti keliru. Di babak pertama, City kehilangan pemain kreatif mereka, Kevin de Bruyne, karena cedera. Ini menjadi situasi rumit karena gelandang City tampil buruk pada babak pertama. Namun, Guardiola tetap yakin.
Pelatih asal Spanyol ini pernah mengatakan bahwa ia akan memilih tim yang terdiri dari 11 gelandang jika mungkin. Dan ini terbukti, bahkan di musim ketika Erling Haaland mencetak 52 gol, gol penentu kemenangan di final Liga Champions justru datang dari seorang gelandang, yaitu Rodri, yang tampil buruk pada babak pertama.
Final Liga Champions Guardiola selalu dikaitkan dengan peran penting gelandang bertahan. Pada tahun 2009 dan 2011, Guardiola memiliki Sergio Busquets, yang ditarik cepat dari tim pemain muda Barcelona karena cocok dengan etos Guardiola. Pada tahun 2009, ia juga memiliki Yaya Toure sebagai bek tengah yang rajin naik menyerang.
Namun, pada tahun 2021, Guardiola tidak memiliki spesialis gelandang bertahan, dengan Rodri hanya duduk di bangku cadangan bersama Fernandinho. Namun, pada tahun 2023, Rodri menjadi gelandang bertahan yang menorehkan namanya dalam sejarah City.
Ketika umpan silang Bernardo Silva membentur Francesco Acerbi dan bola keluar ke tepi kotak penalti, Rodri langsung melepaskan tendangan akurat dengan kaki kanannya. Bola menggetarkan jala gawang Inter Milan.
Jangan lupakan peran mitra Rod
ri, John Stones. Dia adalah penemuan orisinal Guardiola. Awalnya seorang bek, Stones bertransformasi menjadi gelandang bertahan yang luar biasa.
Dengan memenangkan tiga trofi internasional, Guardiola sekarang berdampingan dengan Sir Alex Ferguson, yang pada musim 1998/1999 mempersembahkan treble untuk Manchester United.
“Ini adalah kebanggaan bagi saya bisa seperti Sir Alex Ferguson. Dia mengirimkan pesan teks pagi ini,” kata pelatih berusia 52 tahun asal Spanyol tersebut.
Treble Man City adalah treble ke-10 di Eropa. Mereka mengikuti jejak beberapa tim hebat di masa lalu, termasuk Manchester United pada tahun 1999 dan Inter Milan pada tahun 2010.
Bagi Guardiola sendiri, ini adalah treble keduanya setelah yang pertama diraihnya saat melatih Barcelona pada tahun 2009.
“Kami menjadi juara Eropa. Itu tidak mudah, tetapi hal itu wajar. Kadang-kadang, Anda membutuhkan sedikit keberuntungan, sesuatu yang kami tidak miliki di masa lalu,” kata Guardiola di situs UEFA.
“Kami kesulitan mencari celah pada babak pertama. Di babak kedua, kami mencetak gol yang brilian. Namun, mereka (Inter Milan) lebih baik di menit-menit terakhir, dan kami harus berjuang keras. Untungnya, kami memiliki penjaga gawang yang luar biasa, yaitu Ederson. Ia melakukan penyelamatan yang hebat. Saya tidak sabar untuk segera naik ke bus dengan tiga trofi kami,” tambah Guardiola.