Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan tentang konsekuensi serius dan luas yang akan terjadi akibat penghancuran sebuah bendungan raksasa di Ukraina. Bendungan yang disebut sebagai Bendungan Kakhovka terletak di Ukraina selatan dan merupakan bagian dari bendungan Kakhovka yang lebih besar. Kepala bantuan PBB, Martin Griffiths, mengatakan bahwa dampak bencana ini akan menjadi jelas dalam beberapa hari mendatang.
Ribuan orang telah mengungsi dari daerah yang terendam banjir di sekitar bendungan, termasuk di kawasan zona perang yang aktif. Ketinggian air dikhawatirkan akan terus naik, dan ada risiko banjir bandang di kota Kherson akibat melonjaknya debit air di sungai Dnipro.
Militer Ukraina dan NATO menuduh Rusia sebagai pelaku penghancuran bendungan tersebut, sementara Rusia menyalahkan Ukraina. Rusia membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa pelaku peledakan adalah pihak Ukraina. Klaim dari kedua belah pihak ini belum diverifikasi oleh BBC.
Bendungan Kakhovka memiliki peran penting bagi wilayah tersebut. Selain menyediakan air bagi petani dan penduduk, bendungan ini juga menghasilkan listrik untuk pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Selain itu, bendungan ini juga berfungsi sebagai jalur pasokan air ke wilayah selatan Ukraina dan Krimea yang diduduki Rusia.
Pemerintah Ukraina telah mengeluarkan peringatan evakuasi untuk ribuan orang. Menurut Wakil Jaksa Agung, Viktoriya Lytvynova, sekitar 40.000 orang harus dievakuasi. Terdapat sekitar 17.000 orang di wilayah yang dikuasai Ukraina dan 25.000 orang di wilayah yang dikuasai Rusia yang harus dievakuasi. Hingga saat ini, sekitar 1.000 orang telah dievakuasi.
Beberapa warga setempat mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap dampak banjir akibat penghancuran bendungan. Beberapa di antaranya meyakini bahwa Rusia ingin menenggelamkan kota mereka. Terdapat juga laporan bahwa sejumlah permukiman telah terendam banjir dan kebun binatang di tepi sungai Nova Kakhovka yang dikuasai Rusia juga mengalami banjir, menyebabkan kematian sekitar 300 ekor binatang.
Belum jelas apa yang menyebabkan jebolnya bendungan tersebut, namun intelijen militer Ukraina menuduh Rusia melakukan penghancuran dengan sengaja. Rusia khawatir bahwa pasukan Ukraina akan menggunakan jalan di atas bendungan untuk melancarkan serangan balasan ke wilayah yang dikuasai Rusia. Namun, Rusia mengklaim bahwa Ukraina yang melakukan serangan tersebut untuk menghalangi pasokan air bersih ke Krimea.
Banyak pemimpin dunia menyalahkan Rusia atas penghancuran bendungan ini dan menyebutnya sebagai kejahatan perang. Beberapa konvensi internasional
, seperti Konvensi Jenewa, melarang penargetan bendungan dalam perang karena berdampak buruk bagi warga sipil.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa penghancuran bendungan tersebut tidak akan menghentikan perjuangan Ukraina. Pemerintah Ukraina telah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas masalah ini.