Berita  

Dilema Pertahanan Ukraina: Kekurangan Amunisi dan Urgensi Dukungan NATO

Pasukan Rusia di Kota Kherson Ukraina. (AP/)
Pasukan Rusia di Kota Kherson Ukraina. (AP/) Sumber Gambar: cnnindonesia.com

Dalam perkembangan terbaru yang mencerminkan meningkatnya ketegangan di Eropa Timur, pasukan Rusia dilaporkan semakin agresif dalam serangan mereka terhadap Ukraina. Negara yang sedang berjuang itu mulai kewalahan dalam mempertahankan garis depannya, menyebabkan kepanikan dalam jajaran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, dalam pidatonya yang dikutip oleh Anadolu Agency pada Kamis (25/4), menyerukan agar dukungan militer segera diberikan kepada Ukraina. “Kita diuji di Ukraina, setiap hari terjadi serangan baru dan kekejaman baru. Rusia tidak hanya mengancam nyawa tetapi juga infrastruktur vital seperti pembangkit listrik utama Ukraina,” ucap Stoltenberg.

Stoltenberg menyatakan frustrasinya terhadap keterlambatan dalam distribusi bantuan dari negara-negara sekutu NATO. Menurutnya, Amerika Serikat, salah satu anggota terdepan dalam aliansi, telah gagal menyetujui paket bantuan baru untuk Ukraina dan Eropa dalam beberapa bulan terakhir, dengan pengiriman amunisi yang “jauh di bawah tingkat yang seharusnya kita berikan.”

Dampak dari Keterlambatan Ini Signifikan, Stoltenberg menyampaikan bahwa Ukraina semakin kewalahan menghadapi serangan Rusia karena suplai amunisi mereka yang menipis. “Kekurangan pertahanan udara Ukraina memungkinkan lebih banyak rudal dan drone Rusia mencapai target mereka. Kekurangan dalam kemampuan serangan yang presisi berarti Rusia dapat memusatkan lebih banyak kekuatan,” jelasnya.

Namun, dia menegaskan bahwa masih ada harapan untuk Ukraina jika bantuan dapat segera diorganisir. Stoltenberg mendorong negara-negara anggota NATO untuk mengirim bantuan “dengan segera” menyusul eskalasi agresi Rusia yang terjadi.

Di Amerika Serikat, telah disahkan rancangan undang-undang yang berisi tentang pengiriman bantuan dana sebesar US$95 miliar untuk mendanai sekutu-sekutunya, termasuk Ukraina. Langkah ini diambil untuk menghadapi ancaman yang meningkat dan memastikan bahwa sekutu AS mampu mempertahankan kedaulatannya.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden juga dilaporkan telah secara diam-diam mengirimkan sebuah rudal jarak jauh yang diselundupkan ke dalam paket bantuan tersebut. Paket bantuan yang telah disepakati oleh Washington dijadwalkan untuk dikirim bulan ini ke beberapa negara sekutu AS termasuk Ukraina, Taiwan, dan Israel.

Exit mobile version