Berita  

Sapi Merah di Yerusalem: Simbol Nubuat dan Persiapan untuk Kuil Sulaiman Ketiga

Foto: Ilustrasi (REUTERS/AMMAR AWAD)
Foto: Ilustrasi (REUTERS/AMMAR AWAD)

Di kota Yerusalem, rencana sebuah kelompok ekstremis Yahudi untuk menggelar ritual pengorbanan sapi merah telah menimbulkan kekhawatiran dan kontroversi. Menurut laporan media Wafa yang dirilis oleh New Arab, kelompok ini, yang berjumlah 172 orang, akan dilindungi oleh kepolisian Israel selama menjalankan ritus mereka di kompleks Masjid Al Aqsa, sebuah situs yang sangat sakral bagi umat Muslim.

Diberitakan bahwa altar besar sedang dibangun di Yerusalem untuk mengadakan ritual yang berawal dari zaman Nabi Musa. Ritual menyembelih sapi merah ini diyakini sebagai kunci untuk memenuhi sebuah nubuat Alkitab kuno, yang menyatakan keperluan sapi tersebut untuk pembangunan kembali Kuil Sulaiman Ketiga di lokasi yang sama.

Menurut kepercayaan Yahudi, hanya sapi betina merah yang sempurna—tanpa cacat atau noda dan belum pernah bekerja—yang bisa digunakan untuk proses penyucian. Yitshak Mamo dari Uvne Jerusalem telah memfasilitasi pengiriman sapi tersebut dari Texas ke Tepi Barat, di mana sapi itu diklasifikasikan sebagai hewan peliharaan untuk menghindari hambatan regulasi.

Pengorbanan hewan ini, yang akan dilakukan di sebuah altar putih besar di Yerusalem, dianggap penting untuk ritual penyucian umat Yahudi dari berbagai kotoran, khususnya yang terkait dengan kontak dengan jenazah, sesuai dengan ketentuan Perjanjian Lama.

Tradisi ini juga dianggap sebagai syarat esensial untuk memulai pembangunan kembali Kuil Ketiga di Yerusalem, yang diharapkan dapat menggantikan Masjid Al Aqsa yang berdiri saat ini. Bangunan historis ini, yang pertama kali didirikan oleh Raja Sulaiman setelah Raja Daud menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota, telah mengalami dua pembangunan kembali—yang pertama oleh Nebukadnezar dan yang kedua oleh Raja Herodes. Setelah dihancurkan pada tahun 70 M oleh tentara Romawi, tradisi Yahudi menyerukan pembangunan kembali untuk ketiga kalinya.

Konflik antara tradisi dan modernitas, serta antara komunitas agama yang berbeda, semakin memanas di Yerusalem dengan adanya rencana ini. Persiapan dan pelaksanaan ritual sapi merah ini tidak hanya menandai kelanjutan dari praktik kuno tetapi juga menyoroti ketegangan yang berlangsung lama antara Yahudi dan Muslim di kawasan tersebut.

Exit mobile version